TUBUH SEHAT IDEAL DARI SEGI KESEHATAN
Oleh :
Prof. Dr. dr. Azrul Azwar MPH
Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan RI
PENDAHULUAN
Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan
menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat dan
ber perilaku hidup sehat. Indonesia sehat 2010 dimaksudkan juga untuk mendorong
agar masyarakat dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Manusia yang sehat tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat rohani. Sehingga
tubuh sehat dan ideal dari segi kesehatan meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan
tidak hanya bebas dari penyakit (Definisi Sehat WHO Tahun 1950). Semua aspek
tersebut akan mempengaruhi penampilan atau performance setiap individu, dalam
melakukan aktivitas sehari hari seperti bekerja, berkarya, berkreasi dan melakukan
hal-hal yang produktif serta bermanfaat.
Kesehatan, pendidikan dan pendapatan setiap individu merupakan tiga faktor utama
yang sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu setiap
individu berhak dan harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama
agar dapat hidup produktif, bahagia dan sejahtera.
Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola
makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda. Di satu pihak masalah kurang
gizi yaitu: gizi buruk, anemia, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) dan Kurang
Vitamin A (KVA) masih merupakan kendala yang harus ditanggulangi, namun
masalah gizi lebih cenderung meningkat terutama di kota-kota besar. Hasil survey
Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 1995 – 1997 di 27 ibukota propinsi menunjukkan
bahwa prevalensi gizi lebih mencapai 6,8% pada laki-laki dewasa dan 13,5% pada
perempuan dewasa. Sedangkan Monica (1994) menunjukkan bahwa hipertensi
didapati pada 19,9% usia lanjut (usila) yang gemuk dan 29,8% pada usila dengan
obesitas.
Kegemukan merupakan salah satu risiko terjadinya penyakit kardio-vaskuler. Dari
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986 dan 1992
diketahui bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu dari
penyakit degeneratif yang sekarang sudah menduduki tempat nomor satu penyebab
kematian di Indonesia. Dari berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan
antara dislipidemia, diabetes mellitus, hipertensi, obesitas dengan penyakit jantung
koroner.
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.
2
TUBUH SEHAT IDEAL
Tubuh sehat ideal secara fisik dapat dilihat dan dinilai dari penampilan luar.
Penilaian setiap orang tentunya berbeda, antara orang awam dengan orang yang
mempunyai latar belakang medis sangat berbeda. Namun secara umum orang
biasanya menilai tubuh sehat ideal, dilihat dari postur tubuh, sikap dan tutur kata
serta interaksi orang tersebut dengan orang lain. Namun pengertian tubuh sehat
ideal dari segi kesehatan mencakup hal yang lebih luas, yang tidak cukup hanya
penilaian secara lahiriah, tetapi memerlukan pemeriksaan medis meliputi
pemeriksaan antropometri, fisiologi, biokimia dan patologi anatomi. Bila mengacu
dari definisi WHO diatas, untuk menyatakan seseorang mempunyai tubuh sehat
ideal, memerlukan juga penilaian secara psikologi dan psikiatri, apakah orang
tersebut mengalami kelainan kepribadian dan penyimpangan perilaku. Meskipun
secara fisik orang tersebut sehat, namun bila ada kelainan jiwa yang dapat
mengganggu kehidupan orang dilingkungannya, orang tersebut tidak sehat.
Postur tubuh ideal :
Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai apakah
komponen tubuh tersebut sesuai dengan standard normal atau ideal. Pengukuran
antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan
tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut :
BB (kg)
IMT = --------------
TB x TB (m)
Status Gizi Wanita Laki-laki
Normal 17 -23 18 –25
Kegemukan 23 – 27 25 - 27
Obesitas > 27 > 27
BB = Berat Badan, TB = Tinggi Badan
Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg
58
IMT = ---------------- = 22,37 (normal)
1,61 x 1,61
IMT yang normal antara 18 – 25. Seorang dikatakan kurus bila IMT nya <>
gemuk bila IMT nya > 25. Bila IMT > 30 orang tersebut menderita obesitas dan
perlu diwaspadai karena biasanya orang tesebut juga menderita penyakit
degeneratif seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol dan kelainan
metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau laboratorium
Untuk mengetahui Berat Badan ideal dapat menggunakan rumus Brocca sebagai
berikut : BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.
3
Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah
kegemukan dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas.
Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg
BB ideal = (161 – 100) – 10% (161 – 100)
= 61 – 6,1 = 54,9 (55 kg)
BB 58 kg masih dalam batas > 10%.
Pada anak-anak pengukuran berat badan sebaiknya dilakukan setiap bulan untuk
pemantauan pertumbuhan apakah normal sesuai dengan pita hijau yang ada dalam
KMS (Kartu Menuju Sehat). Pengukuran tinggi badan secara berkala pada anakanak
juga dianjurkan dilakukan setiap 6 bulan, untuk memantau apakah status gizi
anak tersebut normal. Disamping itu untuk menilai apakah anak tersebut stunting
(cebol), dengan membandingkan Z Score (WHO-NCHS). Pertumbuhan anak wanita
sampai 18 tahun dan laki-laki sampai 21 tahun. Menurut NCHS Hyattsville,
Maryland 1979, anak wanita usia 18 tahun tinggi badan pada 75 percentile adalah
170 cm dan berat badan pada 70 percentile adalah 62,5 kg Sedangkan anak lakilaki
usia 18 tahun tinggi badan 75 percentile adalah 180 cm dan berat badan70
percentile adalah 75 kg.
Pengukuran lain yang dapat dilakukan untuk menilai apakah seseorang tersebut
kurus menderita kurang gizi, normal atau gemuk, dengan mengukur Lingkar lengan
kiri atas (Lila). Biasanya dilakukan pada wanita usia 15 – 45 tahun. Bila Lila <>
cm, wanita tersebut menderita Kurang Energi Kronis (KEK).
Pengukuran antropometri lain yang sering digunakan adalah mengukur rasio Lingkar
perut dan Lingkar Pinggang (RLPP). Pada wanita RLPP yang disarankan <>
sedangkan pada laki-laki <>
mengetahui risiko menderita penyakit jantung. Seseorang dengan RLPP > 0,8 pada
wanita dan > 1 pada laki-laki mempunyai risiko menderita penyakit jantung lebih
besar dari yang RLPP nya dibawah ambang batas.
Untuk individu tertentu pengukuran diatas, belum dapat menggambarkan postur
tubuh yang ideal, dan memerlukan pengukuran lain yang lebih spesifik. Pada atlet
postur tubuh yang ideal berbeda, antara setiap jenis cabang olah raga. Misalnya
postur tubuh yang ideal bagi atlet petinju atau binaraga, sangat berbeda pada atlet
senam atau renang atau bila dibandingkan dengan orang biasa. Untuk kondisi ini
selain pengukuran IMT, dilakukan pula pengukuran tebal lemak (Skin fold), untuk
menilai apakah massa tubuh yang besar pada atlet tersebut terdiri dari otot atau
lemak. Sejogyanya atlet tinju, binaraga membutuhkan otot dan tulang yang kuat
untuk berlatih atau bertanding. Berbeda pada atlet senam atau renang, yang
membutuhkan massa tubuh yang tidak terlalu besar, tetapi tetap membutuhkan otot
dan tulang yang kuat dan lentur.
Sehat fisik /jasmani :
Untuk berada dalam kondisi Tubuh Sehat Ideal selain postur tubuh yang ideal juga
harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang sehat fisik atau jasmani. Untuk
mewujudkan hal tersebut, diperlukan zat gizi yang berasal dari konsumsi makanan
sehari-hari. Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh terdiri dari Hidrat-arang, protein,
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.
4
lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Hidrat-arang, protein dan lemak disebut zat
gizi makro dan vitamin serta mineral disebut sebagai zat gizi mikro. Kebutuhan zat
gizi sehari tergantung dari umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan/aktivitas, suhu
linggkungan dan kondisi tertentu. Misalnya pada ibu hamil/meneteki atau sedang
sakit, membutuhkan zat gizi lebih banyak. Triguna makanan adalah sebagai 1)
sumber zat tenaga atau energi, 2) sumber zat pembangun dan 3) sumber zat
pengatur. Hidrat-arang, lemak dan protein merupakan komponen utama sebagai
sumber energi yang dibutuhkan untuk aktivitas, sedangkan protein dibutuhkan
sebagai sumber zat pembangun yaitu untuk pembentukan sel-sel tubuh. Dan vitamin
mineral sibutuhkan sebagai sumber zat pengatur yang diperlukan sebagai enzym,
co-enzym atau hormon untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh.
Kebutuhan energi untuk laki-laki dewasa berkisar antara 1.900 – 2.700 Kkal/hari,
sedangkan pada wanita antara 1.700 – 2.100 Kkal./hari.
Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG bagi orang dewasa
secara nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai berikut:
Indikator Tingkat Konsumsi Tingkat Persediaan
Energi 2.150 K Kalori 2.500 K Kalori
Protein 46,2 gram 55 gram
(9 gram protein ikan, 6 gram protein hewani lain dan 40 gram protein nabati)
AKG diatas bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada
orang dewasa umur 20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti 4-5 piring, lauk hewani 3-4
potong, lauk nabati 2-4 potong, sayuran 1 ½ - 2 mangkok dan buah-buahan 2-3
potong. Dengan catatan dalam keadaan berat badan ideal.
Ketidak seimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi yang
terkandung untuk keperluan metabolisme tubuh akan mengganggu fungsi
metabolisme tersebut. Kekurangan zat gizi akan menyebabkan status gizi kurang
atau gizi buruk. Sebaliknya kelebihan zat gizi akan menyebabkan status gizi lebih,
yang ditandai dengan kegemukan atau obesitas. Kekurangan atau kelebihan zat gizi
pada seseorang dapat terjadi secara spesifik sesuai pola makan orang tersebut,
yang dapat menimbulkan penyakit tertentu, tergantung zat gizi apa yang
kurang/lebih dikonsumsi. Misalnya kekurangan zat besi (Fe), dapat menimbulkan
anemia defisiensi besi, karena kurangnya hemoglobin yang tertentu. Pola makan
yang cenderung tinggi kalori, protein dan lemak akan menyebabkan tingginya kadar
glukosa, lemak, kolesterol dan asam urat dalam darah, yang dapat mempengaruhi
sistim kardio-vaskuler.
OBESITAS dan penyakit kardio-vaskuler
Penderita obesitas yaitu orang yang mempunyai berat badan sangat berlebihan,
secara umum dapat didiagnosa hanya dengan melihat secara fisik. Namun perlu
diwaspadai bahwa masalah obesitas tidak hanya sekedar mempengaruhi
penampilan seseorang. Seperti dikatakan diatas masalah obesitas biasanya juga
disertai masalah kesehatan lain seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner
dan hipertensi, kanker, penyakit ginjal, dan penyakit hati yang dapat menyebabkan
kematian.
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.
5
Kegemukan atau obesitas terjadi karena konsumsi makanan yang melebihi
kebutuhan Angka Kecukupan Gizi (AKG) perhari. Bila kelebihan ini terjadi dalam
jangka waktu lama, dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup untuk
membakar kelebihan energi, lambat laun kelebihan energi tersebut akan diubah
menjadi lemak dan ditimbun didalam sel lemak dibawah kulit. Akibatnya orang
tersebut akan menjadi gemuk. Pada awalnya ditandai dengan peningkatan berat
badan, Bilamana penimbunan makin banyak, terjadi perubahan anatomis. Pada
wanita penumpukan jaringan lemak, biasanya berada di sekitar pinggul, paha,
lengan, pinggung dan perut. Baru meluas keseluruh tubuh sampai kemuka.
Sedangkan pada laki-laki, penumpukan jaringan lemak umumnya terjadi di bagian
perut.
Masalah gizi Klinis merupakan masalah gizi yang erat hubungannya dengan
penyakit dan penanganannya memerlukan tindakan yang komprehensif. Sehingga
hipertensi yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler, perlu dicegah dan diobati dengan merubah pola makan menjadi pola
makan sehat yang berpedoman pada aneka ragam makanan yang memenuhi gizi
seimbang.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor
dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab
hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat
adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari
pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah.
Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa
mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang
berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena
pada usia lanjut (usila) pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya
berkurang. Pembuluh yang mengalami sklerosis (aterosklerosis), resistensi dinding
pembuluh darah tersebut akan meningkat. Hal ini akan memicu jantung untuk
meningkatkan denyutnya agar aliran darah dapat mencapai seluruh bagian tubuh.
Menurut Maria C. Linder, Ph.D dari California State University, Fullerton, CA, masih
menjadi perdebatan kontroversi tentang pengaruh faktor diet dan cara hidup
terhadap terjadinya aterosklerosis. Namun dari beberapa kecenderungan
menyatakan bahwa: 1) terjadinya plak (plaque) aterosklerosis merupakan suatu
respon dari cedera pada dinding arteri terhadap kerusakan yang dibentuk oleh
lapisan epitel; 2) serat makanan, Mg dan beberapa mikronutrien seperti Cr, Cu
mungkin penting dalam pencegahan jangka panjang atau memperlambat
aterosklerosis. Selain itu konsumsi tinggi kolesterol dan lemak yang memicu
terjadinya aterosklerosis dapat berikut ini.
Aterosklerosis terjadi bila sebagian besar permukaan bagian dalam arteri besar
membentuk plaqueHasil pengamatan epidemiologi yang membandingkan populasi
atau sub populasi di beberapa negara, menunjukkan bahwa banyak faktor cara
hidup dan makanan yang menyebabkan risiko menjadi lebih besar untuk menderita
penyakit kardiovaskuler.
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.
6
Tabel berikut ini memperlihatkan faktor risiko penyebab aterosklerosis, yaitu:
Faktor Risiko Dalam Aterosklerosis
Primer :
· Merokok (³ 1 pak sehari)
· Tekanan darah (diastolik _ 90 m Hg, sistolik > 105 mm Hg)
· Peningkatan kolesterol plasma (> 240-250 mg/dl)
Sekunder :
· Peningkatan trigliserida plasma
· Obesitas
· Diabetes
· Stress kronis
· Pil KB
· Vasektomi
Sumber: Informasi dari Naito (1980) dan Connor (1980)
Merokok, tekanan darah tinggi dan peningkatan kadar kolesterol plasma/serum
adalah faktor risiko utama terjadinya asteroklerosis, sedangkan penyebab sekunder
adalah stress, kurang gerak, peningkatan trigliserida plasma. Rasio kolesterol HDL :
LDL berbanding terbalik dengan terjadinya asteroklerosis dan ini lebih berarti
daripada hubungan dengan total kolesterol serum LDL yang berlebihan memicu
terjadinya asteroklerosis pada dinding pembuluh darah. Selain konsumsi lemak yang
berlebih, kekurangan konsumsi zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sering
dihubungkan pula dengan terjadinya ateroklerosis, antara vitamin C, vitamin E dan
B6 yang meningkatkan kadar homosistein. Tingginya konsumsi vitamin D
merupakan faktor terjadinya asteroklerosis dimana terjadi deposit kalsium yang
menyebabkan rusaknya jaringan elastis sel dinding pembuluh darah.
Berikut ini kami tampilkan kadar lemak darah, kolesterol dan trigliserida normal,
sebagai berikut :
PENUTUP
Guna mencapai Tubuh Sehat Ideal, sejogyanya dimulai sedini mungkin sejak janin
dalam kandungan. Oleh karena itu ibu hamil harus cukup gizi serta menjaga
kesehatannya, agar melahirkan bayi yang sehat.
Yang lebih penting adalah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya sampai anak dewasa, agar mencapai tinggi badan dan berat badan
ideal, sehat jasmani dan rohani, menuju sumber daya manusia yang berkualitas.
Total kolesterol = 200 mg/dl
LDL kolesterol = 130 mg/dl
HDL kolesterol = 35 mg/dl
Trigliserida = 250 mg/l
Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI,
Sabtu, 15 Februari, 2004 di Kampus UI Depok.
7
Masa pra-usila dan usila, adalah masa kritis untuk terjadinya obesitas dengan
berbagai komplikasi penyakit degeneratif. Biasanya terjadi karena perubahan gaya
hidup menjadi lebih santai, kurang aktivitas dan cenderung makan berlebih
mengandung tinggi kalori, protein dan lemak.
Oleh karena itu, upaya untuk mencegah meningkatnya prevalens penyakit kardiovaskuler,
dapat dimulai dengan mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat.
BAGIAN 7: TREND DALAM STATUS KESEHATAN
7.1 Tingkat harapan hidup
Tingkat harapan hidup pada saat kelahiran diperkirakan adalah 67,86 tahun untuk laki-laki dan wanita (CBS). Proyeksi penduduk 1995-2005 (2000) akan mengakibatkan peningkatan jumlah orang yang berusia lebih tua dan peningkatan insiden dari penyakit degeneratif. Ini akan mengakibatkan kenaikkan pada anggaran belanja kesehatan. Pendekatan yang menyeluruh untuk mengupayakan status kesehatan dan memperbaiki harapan hidup telah dilaksanakan dengan keluarga sebagai titik pusatnnya. Tugas ini diberikan kepada direktorat pengupayaan kesehatan keluarga yang berada di dalam DepKes.
7.2 Mortalitas
Angka kematian bayi (AKB) menurun dari 74,2 per 1000 kelahiran dalam tahun 1981-1991 menjadi 52,5 per 1000 kelahiran yang hidup dalam tahun 1987-1997, angka kematian balita dari 107 menjadi 70,6 per 1000 kelahiran yang hidup, dan angka kematian maternal dari 450 dalam tahun 1985-1986 menjadi 390 per 100.000 kelahiran yang hidup dalam tahun 1989-1994. Beberapa faktor termasuk pelayanan imunisasi, partisipasi masyarakat, pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan, upaya dan pendidikan kesehatan, berkembangnya kesadaran masyarakat, dan perbaikan sarana dan pelayanan kesehatan, telah mempengaruhi terhadap perubahan yang signifikan dalam mortalitas. Hambatan yang ada dalam mengurangi kematian termasuk: meningkatnya urbanisasi, kemiskinan, dan banyaknya daerah yang terpencil dan pulau-pulau yang kecil yang menyebabkan sulitnya untuk berkomunikasi. Rencana selanjutnya akan menekankan kerjasama intra-sektoral, partisipasi masyarakat, dan penyerahan kekuasaan untuk tingkat propinsi dan tingkat yang lebih rendah.
7.3 Morbiditas
Beberapa perubahan yang signifikan terhadap morbiditas telah terjadi sejak evaluasi HFA yang kedua. Jumlah kasus kusta yang baru telah menurun dari 41.649 di tahun 1995 menjadi 11.387 di tahun 1999. Pengenalan dan perluasan dari terapi berbagai macam obat (multidrug therapy) mungkin telah mencegah penyebaran kusta, dengan harapan untuk menghapuskannya di masa yang akan datang. Kegiatan pengawasan malaria telah memberikan efek yang minimal pada insiden malaria, dengan jumlah kasus yang menurun dari 1.668.504 di tahun 1992 menjadi 1.518.140 di tahun 1995. Penemuan kasus dan perawatan telah diintensifikasikan, tetapi yang menjadi hambatan utama adalah resistansi terhadap obat P. falciparum, kesulitan transportasi, dan terbatasnya dana. Prevalansi tuberkulosis juga mengalami peningkatan sejak evaluasi yang kedua, yang disebabkan oleh pelayanan yang terbatas dari program pencegahan, tingginya tingkat orang yang keluar dari perawatan, dan resistansi terhadap berbagai macam obat. Perhatian utama akan diberikan pada penggunaan metode DOTS, yang diperkirakan memiliki tingkat kesembuhan sebesar 85%. Setelah luasnya pelayanan imunisasi, insiden polio diharapkan akan turun secara signifikan. Di tahun 1995, pengawasan polio yang lebih baik diperkenalkan, dengan diagnosa yang didukung oleh hasil laboratorium. Menurunnya kasus neonatal tetanus diselidiki antara tahun 1992-1995 (807 menjadi 390), yang disebabkan oleh meningkatnya pelayanan imunisasi, pengawasan yang lebih baik, dan peningkatan dari ruang praktik yang bersih dan higienis. Penurunan yang dramatis pada angka kesakitan campak dari 91.645 kasus di tahun 1992 menjadi 37.594 kasus di tahun 1995, dan pada poliomyelitis dari 148 menjadi 14 kasus, yang dikarenakan oleh tingginya pelayanan imunisasi, pengamatan yang intensif, dan pencegahan perjangkitan.
7.4 Disabilitas
Survey nasional telah memperkirakan prevalansi kebutaan adalah 1,47% (1996). Penyebab utama dari kebutaan ini adalah katarak dengan prevalansinya 1,02%. Rencana selanjutnya akan membutuhkan kegiatan perawatan mata utama yang terpadu dimasukkan ke dalam pembangunan PHC, dan juga mendirikan program "pelayanan penghapusan katarak" yang lengkap. Untuk masalh disabilitas, pendekatan rehabilitasi yang berbasis komunitas telah diterapkan dan dilaksanakan di Jawa Tengah dengan tujuan untuk diperluas. Hambatan yang utama adalah kurangnya SDM dan sumber keuangan. Tindakan selanjutnya untuk disabilitas adalah untuk meningkatkan kebijakan kesehatan dan mengembangkan koordinasi yang lebih baik dengan badan non-pemerintah dan sektor swasta.
Status kesehatan individu sangat menentukan seseorang dikategorikan miskin. Seseorang yang sakit walaupun memiliki pekerjaan bisa masuk kategori miskin.
Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Amelia Meika S.Sos, MA menyatakan status kesehatan, tingkat pendidikan tersebut merupakan faribel yang penting untuk menentukan kemiskinan secara subjektif.
Bicara dalam Seminar 'Mengukur Kemiskinan Subjektif di Indonesia', di Gedung Masri Singarimbun UGM, Jumat (20/2), dia menyatakan kemiskinan tidak hanya diukur dengan mengukur variabel objektif.
Menurut dia variabel kemiskinan subjektif perlu mendapat perhatian dalam menentukan status sosial. Selama ini ukuran miskin selalu dilihat dari kondisi nyata fisik tanpa ditelaah latar belakang seseorang miskin atau tidak miskin.
Pengajar sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik UGM, menyatakan mengukur angka kemiskinan dengan mengutamakan standar hidupnya sama pentingnya mengukur kemiskinan dengan kondisi obyektif seseorang.
Menurutnya kondisi moneter bukan alasan tunggal seseorang atau rumah tangga miskin. Seseorang hidup dalam rumah tangga memiliki pendapatan atau pengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan bisa saja tidak membuat seseorang merasa miskin atau tidak miskin.
Tingkat pendidikan dan status kesehatan justru berpengaruh sangat menentukan kemiskinan seseorang.
Seseorang dengan pendidikan tinggi, dengan status mahasiswa atau pelajar akan menganggap tidak miskin walaupun tidak memiliki pekerjaan. Sebab tidak memiliki tanggungan ekonomi terhadap keluarga.
Sebaliknya seorang dengan status kesehatan tidak bagus atau menderita sakit walaupun memiliki pekerjaan bisa merasa miskin. Ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari, menyebabkan orang merasa miskin atau potensi miskin sebab tidak dapat bekerja.
"Saat mereka berada pada level kesehatan tertentu dan bisa melakukan berbagai kegiatan, maka akan mengganggap dirinya bukan termasuk orang miskin," kata dia.
Dengan melihat kondisi subjektif individu, maka mengukur kemiskinan bisa lebih cermat dan lengkap."Kemiskinan subjektif merupakan indikator penting untuk mengukur kesejahteraan," ujar Amalia.
Gaya Hidup Sehat
Kolesterol yang tinggi (hiperkoles-terolemia) memang tidak terlihat dan seringkali tidak bergejala, kecuali dengan melakukan Check Up (periksa darah) secara berkala paling tidak 6 bulan sekali setelah berkonsultasi kesehatan dengan dokter. Namun demikian kolesterol harus tetap di kontrol dengan memiliki gaya hidup yang sehat seperti: diet rendah lemak, berhenti merokok, berat badan yang seimbang, dan olah raga teratur. Jika segala upaya yang telah dilakukan tetap tidak mencapai target LDL yang dicanangkan, maka obat dapat dijadikan sebagai alternatif lain. | |
Diet Rendah Lemak
Mengontrol kolesterol bukan artinya tidak bisa makan enak, tetapi mengurangi atau menghindari makanan berlemak. Di dalam makanan terdapat 3 macam lemak yakni: Saturated (lemak jenuh) Lemak ini terdapat di makanan seperti kuning telur, jerohan, dan otak sapi. Sebaiknya makanan seperti ini harus di hindari. Monounsaturated (lemak tidak jenuh dengan rantai tunggal) Lemak ini terdapat di makanan seperti udang dan kepiting. Makanan ini termasuk boleh di konsumsi dengan jumlah yang terbatas. Poliunsaturated (lemak tak jenuh ganda) Lemak ini terdapat di makanan seperti ikan yang berasal dari laut dalam (tenggiri dan tuna) yang mengandung minyak tak jenuh ganda serta Omega3.
Makanan seperti ini hendaknya banyak dikonsumsi, karena dapat membantu menaikkan HDL kolesterol (kolesterol baik ) dan menurunkan LDL kolesterol (kolesterol jahat). Idealnya, konsumsi makanan kita mengandung lemak dibawah 30 %, karbohidrat 50-60% dan protein 20%. Usahakan jangan mengkonsumsi makanan berkolesterol sampai lebih dari 300 mg setiap hari. Beberapa contoh tips untuk melakukan program diet dengan baik: Baca label makanan dan minuman yang Anda beli untuk menentukan pilihan yang terbaik Tidak meminum lebih dari 2 gelas minuman beralkohol dalam sehari Batasi porsi makan Anda. Pilih produk-produk non-fat Kurangi penggunaan garam dalam makanan dan hindari makanan yang asin. Terlalu banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah Anda Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi Anda sebelum memulai program diet.
Berhenti Merokok
Merokok adalah kebiasaan buruk yang salah satunya dapat memicu penebalan atau penyempitan pembuluh darah. Rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti Adrenalin, yang merangsang peningkatan denyut jantung dan tekanan darah Rokok juga mengandung karbon mono-oksida (CO) yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat daripada sel darah merah (hemoglobin) untuk mengikat oksigen. CO menurunkan kapasitas sel darah merah membawa oksigen ke jaringan-jaringan termasuk jantung. Hal ini perlu diperhatikan terutama bagi penderita PJK, karena pembuluh darahnya sudah terdapat plak dengan aliran darah yang sudah sangat berkurang. Perokok, 2-3 kali lebih mungkin terkena stroke dibanding mereka yang tidak merokok dan umumnya mengalami penyumbatan arteri di kaki yang sering mengakibatkan kejang pada waktu olah raga. Stop merokok dan gunakan Diary Kolesterol untuk membantu mengkontrol kolesterol Anda
Berat Badan
Kegemukan mendorong timbulnya faktor risiko lain seperti Diabetes, Hipertensi, yang pada taraf selanjutya meningkatkan risiko PJK. Berat badan dikatakan ideal bila berat badan untuk tinggi badan tertentu secara statistik dianggap paling baik untuk menjamin kesehatan. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
IMT = |
|
Berat Badan (KG) | |
----------------------------------------------------- | |
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) | |
| | |
Status Gizi | Kategori | IMT |
Kurus | Kekurangan berat badan tingkat berat | <> |
Kekurangan berat badan tingkat ringan | 17,0 - 18,4 |
Normal | | 18,5 - 25,0 |
Gemuk | Kelebihan berat badan tingkat ringan | 25,1 - 27,0 |
Kelebihan berat badan tingkat berat | >27,0 |
Olahraga
Olah raga baik untuk kesehatan tubuh. Tetapi olah raga apa yang dapat secara efektif membantu menurunkan kadar kolesterol? Olahraga yang efektif adalah yang melibatkan otot-otot besar tubuh seperti paha, lengan atas serta pinggul Lakukan senam, aerobik, jalan kaki, berenang, jogging, bersepeda, atau sejenisnya paling tidak tiga kali seminggu masing-masing 1 jam. 5-10 menit pertama digunakan untuk pemanasan, 30 menit untuk olahraga dan 10 menit terakhir untuk pendinginan.
Bagi yang telah menginjak usia setengah baya keatas, sebaiknya memeriksakan dirinya ke dokter terlebih dahulu agar mengetahui apakah ada penyakit yang diderita seperti Hipertensi, PJK atau Diabetes, sehingga bentuk/jenis olahraganya dapat disesuaikan. Gunakan program-program olah raga yang efektif dan sesuai dengan anda untuk membantu menurunkan kadar kolesterol di Diary Kolesterol
Sumber : www.pedulikolesterol.com
:PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP SEHAT (PKHS):::
Sumber daya manusia yang berkualitas diantaranya adalah individu yang cerdas. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan individu yang sehat secara fisik dan psikis. SMK Negeri 2 sukabumi berusaha membentuk individu-individu yang berkualitas sesuai dengan potensi dan karakternya.
Remaja mempunyai karakter yang khas diantaranya :
- Secara intelektual remaja maulai dapat berpikir logis, mempunyai kemampuan nalar secara ilmiah dan mampu menguji hipotesis.
- Mulai menyadari proses berpikir efisien dan belajar beritrospeksi.
- Mengalami puncak emosionalitas.
- Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tataran psikologis(rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain).
- Sudah mampu memahami orang lain.
- Mempunyai sikap rawan(sikap comfomity) yaitu kecendrungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat.
- Masa berkembangnya identitas diri.
- Remaja sudah mampu menyoroti nilai-nilai yang berkembang di masyarakat.
Sementara itu berbagai ancaman dan tantangan menanti fase kehidupan remaja. Diantara ancaman-ancaman tersebut adalah :
- Narkoba
- Kenakalan Remaja
- Free Sex
- Gaya Hidup Konsumtif
Status kesehatan anak usia sekolah, tergantung pada perilakunya sehari-hari yang antara lain dipengaruhi oleh :
- Peer Presure
- Keluarga
- Masyarakat
kesehatan fisik dan kesehatan psikis diperoleh dari perilaku sehari-hari. Ketidaktercapaian kesehatan fisik dan kesehatan psikis disebabkan ketidak pedulian idividu, sehingga diperlukan pendidikan dan pelatihan kearah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Tahapan proses perubahan perilaku tersebu dapat digambarkan sebagai berikut :
Dalam mendidik remaja diperlukan suatu metode yang sifatnya :
- Mengembangkan potensi remaja
- Memandirikan Remaj
- Memberikan kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku yang diperlukan remaja dalam mengatasi tanatangan dan kebutuhan hidup sehari-hari.
Mengingat hal tersebut diatas, maka melalui usaha kesehatan sekolah dikembangkan sebuah pola pendidikan yang berorientasi pada kesehatan psikososial remaj di SMK Negeri 2 Sukabumi yaitu pendidikan keterampilan hidup sehat ( PKHS ). Pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS) adalah suatu cara belajar yang berorientasi pada keterampilan selain materi pengetahuan, sehingga seseorang dapat mengimplementasikan pengetahuannya menjadi suatu keterampilan untuk berperilaku hidup sehat, baik sehat secar fisik maupun psikis. Keterampilan yang dimaksud adalah kemapuan psikososial seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif.
Kompetensi psikososial adalah seluruh kemampuan yang berorientasi pada aspek kejiwaan seseorang terhadap diri sendiri dan interaksinya dengan orang lain serta lingkungan sekitarnya dalam konteks kesehatan. Kompetensi psikososial tersebut antara lain :
- Empati, yaitu kemampuan untuk memposisikan perasaan orang lain pada diri sendiri.
- Kesadaran diri, adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri tentang karakter, kekuatan, kelemahan, keinginan dan tidak keinginan
- Pengambilan keputusan, adalah kemampuan yang dapat membantu kita untuk mengambikl keputusan secara konstruktif dengan membandingkan pilihan alternatif dan efek samping yang menyertainya.
- Pemecahan masalah, adlah kemampuan untuk memungkinkan kita dapat menyelesaikan masalah secara konstruktif.
- Berpikir kreatif, yaitu kemampuan unuk menggali alternatif yang ada dan berbagai konsekuensinya dari apa yang kita lakukan.
- Berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisa informasi dan pengalaman-pengalaman secara objektif.
- Komunikasi efektif, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan diri secara verbal maupun non verbal yang mengikuti budaya dan situasi
- Hubungan interpersonal, yaitu kemampuan yang dapat menolong kita beroteraksi dengan sesama secara positif dan harmonis.
- Mengatasi emosi, yaitu kemampuan keterlibatan pengenalan emosi dalam diri sendiri dan orang lain.
- Mengatasi Stress, yaitu kemampuan pengenalan sumber-sumber yang menyebabkan stres dalm kehidupan, bagaimana efeknya dan cara mengontrol terhadap derajat stres.
::TABEL ALUR PIKIR PKHS::
Tahapan Keterampilan Hidup Sehat :
a. Komponen inti dari kompetensi dari Psikososial
Materi pembelajaran pada segmen ini berorientasi pada praktek tentang hal-hal yang berhubungan didalam kehidupan sehari-hari.
b. Penerapan keterampilan
Segmen ini pembelajaran sudah lebih terarah pada topik yang relevan dengan fakta masalah kesehatan yang muncul
c. Penerapan keterampilan hidup yang lebih spesifik
Pada tingkat ini, materi pembelajaran sangat spesifik, yaitu terhadap kondisi beresiko yang spesifik yang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
::PELAKSANAAN PENDIDIKAN KETERAMPILAN HIDUP SEHAT (PKHS)::
Kader kesehatan remaja diberikan pendidikan dan latihan sebagai berikut :
a. Pembelajaran materi kesehatan
Pendidikan kesehatan berupa materi-materi kesehatan fisik dan psikis, diberikan oleh dokter dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi khususnya doktr puskesmas Tipar dan Pembimbing PKHS. Materi-materi tersebut antara lain :
1) Gizi
2) Kesehatan Gigi dan Gusi
3) Puasa dan Kesehatan
4) Kesehatan Mata dan Telinga
5) Higienitas Fisik dan Lingkungan
6) Bahaya Narkoba Bagi Fisik
7) Bahaya Merokok
8) Kesehatan Reproduksi Remaja
9) Penyakit Menular Lewat Hewan
10) Penyakit yang biasa dialami Siswa
11) Penyakit Menular Seksual
Materi kesehatan Psikologis dan Sosial :
1) Psikologis Remaja
2) Bahaya Narkoba ditinjau dari aspek Hukum dan Psikososial
3) Pemahaman Diri
4) Kepribadian dan konsep diri
5) Permasalahan yang biasa dialami remaja
6) Teknik Konseling/terapi psikologis
7) Mengatur Waktu
8) Pergaulan Sehat
b. Penjaringan masalah
Setelah memahami berbagai pengetahuan yang diberikan, kader kesehatan remaja dituntut untuk menjadi fsilitator pada pengentasan masalah yang dialami teman sebayanya, baik kasus kesehaan fisik maupun psikologis, dibimbing langsung oleh pembimbing PKHS(Guru pembina UKS) dan dokter psikologis PKPR. Meode penjaringan diantaranya :
- Pelaporan
- Sistem angket dan kancing
c. Metode pelaksanaan PKHS dan pengentasan melalui peer Conselor
Metode yang digunakn dalam pengentasan masalah, antara lain:
- Ceramah
- Curah Pendapat
- Diskusi Kelompok
- Debat
- Bermain Peran
- Simulasi
- Demontrasi
d.Reveral (Rujukan)
Keterbatasan-keterbatasan yang ada di sekolah memungkinkan banyak kasus yang terjadi tidak dapat diseleseaikan melalui pendidikan ketermpilan hidup sehat disekolah, sehingga diperlukan rujukan kepada lembaga yang lebih kompeten dalam aspek psikososial, dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan peduli remaja(PKPR) yang berada di puskesmas Tipar kota Sukabumi dan ditangani langsung oleh dokter Psikolog Puskesmas yang bersangkutan.
dr. Lulis Delawati
Dokter Umum Puskesmas Tipar
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
-
- beraktivitas fisik secara cukup, dan
- mengkonsumsi makanan bergizi.
Dengan 3 pilar ini ungkap sebuah penelitian, penyakit tekanan darah tinggi dapat berkurang 55%; stroke & jantung koroner dapat berkurang 75%; diabetes dapat berkurang 50%; tumor dapat berkurang 35%, usia rata-rata dapat diperpanjang 10 tahun ke atas dari rata-rata usia harapan hidup manusia Indonesia. Semua ini diraih tanpa mengeluarkan uang sesen pun! jadi gaya hidup sehat sangat mudah, tapi efeknya luar biasa.
Manfaat Ukhrawi Gaya Hidup Sehat
- Dapat melakukan serang-kaian ibadah ‘ammah maupun khasshah secara sempurna (ada’an) termasuk dapat bersilaturahim dan menjalin persahabatan dengan orang lain. Rasulullah s.a.w bersabda: Dari Jabir ia berkata: Rasulullah s.a.w pernah menjenguk sahabat yang sakit. Nabi melihat orang itu shalat dengan duduk di atas bantal. Beliau membuang bantal itu, sambil bersabda: “Shalatlah di tanah, jika mampu. Bila tidak, kerjakan dengan isyarat. Jadikanlah sujudmu lebih rendah dari rukukmu.” (HR. Baihaqi dalam as-Sunan (2/306), disahihkan oleh Imam Abu Hatim).
- Bisa bekerja mencari nafkah dengan baik, sesuai bunyi do’a setelah makan. “Dari Abi Umamah bahwasanya Nabi SAW adalah apabila telah selesai dari makannya atau makanan diangkat dari meja makan beliau berdo’a yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah mencukupi kami dan memberi minum kami, yang memberi makan bukan yang diberi makan dan bukan diingkari nikmatnya.” Terkadang
Nabi mengucapkan: “segala puji bagi Allah Tuhan Kami yang senantiasa mencukupi, tidak meninggalkan kami dan selalu mencukupi kebutuhan kami, duhai Tuhan kami.” (HR. Bukhari (II 106no.:5142-5143), al-Hakim (I/203/ 2003)) Ahmad (Musnad Syamiyin, Juz IV) - Kesehatan itu adalah mahkota bagi kehidupan manusia yang harus dilestarikan. Melepaskan mahkota kesehatan berarti menjerumuskan hidupnya pada kehancuran.
Kecuali itu, Kesehatan termasuk bagian pokok dari sumber kebahagiaan manusia:
Hamid Allaffaf berkata: “Kami telah mencari empat macam hal pada empat tempat, tapi kami keliru jalan, ternyata kami temukan ke empat macam hal itu pada empat tempat yang lain:
- Kami telah berusaha menjadi orang kaya dengan cara mengumpulkan harta, ternyata kekayaan itu kami dapati di dalam hati yang mencukupkan dengan apa yang ada (qana ‘ah);
- Kami telah berusaha mencari suasana senang dan santai dengan memiliki banyak fasilitas, tapi ternyata perasaan santai itu justru kami dapati setelah kami tidak memiliki apa-apa;
- Kami telah berusaha mencari kenikmatan dengan memakan makanan-makanan yang enak-enak, tapi ternyata kenikmatan itu ada pada badan yang sehat;
- Kami telah mengejar uang (rizqi) di muka bund, ternyata rezeki itu kudapati ada di langit.(lmam Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Isti’dadLi Yaum al-Ma’ad, Bab: Ruba’iy. Get. Maktab al-Islami, tth.hal. 49)).